Tuesday, 17 February 2015


Jarum jam menunjukan pukul 22:45, padahal baru saja sebelum ku tengok masih menunjukan angka 21:55. Hapir sejam lebih termangu didepan layar. Aktivitas dari mengecek file-file, membuka data dan tiba – tiba nghang... yah, tiba-tiba eror, not responding, not responding. Sengaja ku tinggal saja layar putih buram didepan ku. Kali saja pas sesekali aku tengok bisa sembuh seperti semula. Biar tak usah terlalu ku klik klik tanda close tapi hasilnya nihil.
Biarlah kembali asyik dengan novel bacaan ku sembari sesekali ku tengok tuh layar, ihh... gerutu ku meski ga sebal-sebal amat karena emang sudah terbiasa dibuat menunggu aktivitas not responding yang tidak nyaman ini, tapi mau tidak mau itulah ekpresi kata yang keluar. Penunjuk waktu disudut bawah sebelah kanan, weihhh menunjukkan pukul 22:55. Hmm apa yang akan aku tulis, 30 menit lagi waktunya  mempersiapkan diri ke bandara, memanjakan tubuh dipulau kapuk, terbang landas menuju alam mimpi dimana dunia terasa melenakan. Dimana segala cita bermula, dimana segala harapan indah menjadi penghantar do’a, dimana segala cinta ingin bertahta dengan dambaan rindunya, dimana bisa menenggelamkan diri dari biar dirasa tak ada masalah pelik yang mencekik, dimana kadang rasa takut begitu membuncah, dimana terkadang perasaan was-was kadang tertinggal hingga pas sadar, ‘apa yach arti dari mimpi ini?’ padahal malam masih bergelayut, dunia yang semu membangunkan jiwa yang terjaga.
Tepat pukul 23:00 wib. Aku masih dengan tangan bergaya sebelas jari mengetik kata-kata untuk ku rangkai menjadi sebuah kalimat yang ku harap bisa ku gandengkan menjadi cerita, paling tidak cerpen.
“hooammm... “ belum juga ide itu muncul tentang cerita apa yang ingin aku cerita kan, mbah ngantuk sudah membukakan pintu mulutku. Seakan –akan ingin mengatakan, “cu... sudah malam ayoh tidur, istirahat atuh, hari sudah teramat gelap”. Malam memang gelap kalo tidak gelap ya berarti hari siang... tapi terkadang dilain musim, dimana pagi terlihat pekat, mendung bergelayut sang surya berselimut awan mendung, langit menyirami pucuk-pucuk dedaunan melantunkan gemercik gerimis membentuk irama dan melodi yang mendayu-dayu. Irama kehidupan yang sesungguhnya. Lagu peneduh jiwa yang abadi. Sebagian manusia bersyukur, tanah mereka diberkahi hujan yang menyirami ladang, menumbuhkan benih-benih nikmat bagi sendi-sendi kehidupan mereka. Bagi sebagian yang lain menggerutu, tanah becek, debit sungai naik air  bisa mengalir deras, takut banjir mendadak menyerang bagai kolonial yang tak diundang, apalagi bagi mereka yang tinggal di pinggir bantaran sungai, tak jarang musim penghujan menjadi momok yang menakutkan. Aktivitas tersendat, jalanan becek, bagi mereka hujan menjadikan suatu penunda. Tak jarang pula bagi sebagian yang laih bertingkah cuek dengan hujan, bahkan mereka terus membenamkan diri bersama hujan, mereka bersatu dengan hujan. Hujan ia terjang, tetap berjalan. Walau ratusan juta butir tetesan menyirami seluruh pori-pori, tapi mereka tetap kokoh menerjang serangan hujan. Tapi bagi sebagian dari mereka ada yang termangu, Duduk bersila, tiduran atau bahkan memeluk tiang rumah, atau memojokan diri disudut-sudut emperan toko beralaskan kardus-kardus bekas, atau beralaskan langsung dengan lantai. Begitulah kira –kira masing – masing manusia menikmati hidup kehidupannya tentang hujan.
Bicara lagi soal jam. sekarang pukul 23:20. Jika menurut resep dokter tubuh, jam tidurku 10 menit lagi. Malam smakin tenang, meninabobokan badan, jiwa dan raga yang lelah. Ahh... barangkali aku pun perlu ikut membenahi diri, mengikuti jiwa-jiwa mereka yang telah lebih dulu melukis cerita dialam bawah sadar mereka. Menuruti jejak – jejak kelelahan yang butuh tempat naungan peristirahatan, memanjakan segala urat dan syaraf, melepaskan sendi agar tak terlalu kaku. Karena Aku bukan robot. Jika aku robot pun, robot perlu baterai, dan setahuku yang namanya baterai juga perlu energi, dan energi perlu didapat dengan di cas, charging,  atau sebagai orang normal, kita perlu tidur. Dan tidurlah yang indah, upss.. tidurlah yang sehat, maksudnya tidurlah yang selamat. Atau selamat tidur, tidur yang selamat, menurut sunnah ada tata cara atau adab sebelum tidur, salah satunya ambil air wudlu, tidurlah dalam keadaan suci, baca shalawat,  baca surat-surat pendek, al-ikhlas, an-nas, al-falaq, baca ayat kursi, dan do’a tidur, begitulah kurang lebihnya. Dan selamat bermimpi yang indah... have nice dream...”

5 menit sudah waktu tidurku terlambat... yah sudah, selamat tidur yah, tidur yang selamat, have nice dream, semoga sang pemilik malam menenggelamkan segala letih dan duka yang hari ini kita rasa, semoga aktivitas hari ini tertutup dengan kebajikan yang kita lakukan, semoga sang pemilik pagi, sang pencipta siang dan malam membangunkan kita dipagi hari yang indah dengan jiwa yang lebih bersemangat, pribadi yang lebih percaya diri, pribadi yang siap melangkah menggapai sukses yang diimpikan dan semoga hari esok terukir cerita dan cinta yang lebih indah dan setia, juga jiwa yang damai... J ,  see you tomorrow..

No comments:

Post a Comment