Sesungguhnya apa arti sahabat itu sehingga engkau senantiasa
mencarinya?
Aku tak mengenal mu begitu dekat, namun kau tetaplah seorang
sahabat. Kita pernah bersama tiga tahun menimba ilmu, seperjuangan. Saat masih
sekolah dulu, kita jarang ngobrol serius hanya sekedar bersapa atau bertanya
seputar materi pelajaran.
Bulan Ramadhan tiga tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2012.
Empat tahun setelah kita kelulusan. Silaturahmi itu kembali terjalin meski
hanya sekedar menyapa lewat gagang telfon atau bertukar pesan singkat. Segala
sesuatu memang akan berubah, kecuali perubahan itu sendiri yang tidak akan
pernah berubah untuk mengubah. Yang dulu dekat bisa menjadi berubah jarak,
namun yang jauh bisa perlahan merapat.
Masih ku ingat perbincangan di telfon bersama mu dulu. Tak
kusangka seseorang seperti mu yang dulu ku kenal begitu pendiam atau pemalu
sekarang menyapa ku. Bukankah itu hal yang menyenangkan bukan, ketika seorang
sahabat lama yang dulu jarang dan hampir tak pernah ngobrol bersama kini
suaranya menyapa.
“assalamualaikum apa kabar mba?” pesan singkat ku terima
dari seorang bernama susianto.
“waalaikumsalam. Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa
kabar?” balas ku.
Memang tak ada yang special dalam pesan-pesan yang terkirim.
Namun itu adalah keharuan tersendiri untuk ku, aku merasa sahabat lama masih
mau mengakui ku. Tak banyak cerita yang diungkapkan, selain dia tahu aku kerja
di Tegal dan aku tahu di bekerja di salah satu pabrik pembuat sendal.
Dan dibulan suci itu, dia sempat bercerita prihal
perasaannya dengan seseorang yang tak lain juga sahabat sekolah kami dulu,
suhiroh. Dia bercerita sedikit tentang hubungannya.
“aku gak tahu dia suka sama aku atau tidak, yang jelas dulu
kita memang pernah dekat tapi entahlah mungkin dia tidak mau mengakui,”
“apa kau sudah meminta tentang kejelasan status kalian,
pacarankah, TTM atau sekedar teman aja?”
“dia gak jawab. Yang mungkin TTM atau... taulah mba, aku
bingung en pusing,”
“ya sudah, apapun itu yang jelas jangan bikin silaturahmi
jadi putus. Tetaplah menjalin hubungan yang baik dengan siapapun. Apalagi
dengan teman sekolah.”
Lebaran tinggal beberapa hari lagi. Ku dapati kabar bahwa
tahun ini sekolah akan mengadakan reuni akbar, dari mulai angkata pertama
sampai angkatan yang baru lulus tahun ini. Ku kabari teman-teman yang aku punya
nomor kontaknya supaya mereka menghadiri acara ini.
“ehh, nanti datang ya di acara reuni. Kan Cuma setahun
sekali, lagian itung-itung angkatan kita ikut ngrayain,” ajak ku saat susi,
nama panggilannya menelpon ku.
“malu sih, mba. Insyaallah aja wis kalau aku bisa pulang
kampung. Soalnya Pabrik tempat kerja ku kebakaran mba” Jawabnya.
“ kebakaran? Ya mudah-mudahan bisa pulang. Nanti kita kan
berangkat rame-rame sama teman-teman yang lain juga. Ya, please datang yah biar
kita kompak,” kata ku setengah memohon.
“iya mba. Aku ngerasa Cuma mba saja temanku. Yang lain, apa
ada yang kenal atau menganggap aku ada.”
“ya ampun, jangan berkata seperti itu. Aku yakin teman-teman
yang lain juga ada dan banyak yang masih kenal sama kamu. Mereka Cuma lagi pada
sibuk kerja, sibuk dengan dunia sendiri jadi sama teman lama agak jarang
bersapa. Aku juga begitu kok, jarang kontekan sama mereka. kadang Cuma satu dua
teman yang masih mau kasih kabar.” Aku mengambil rumus jitu yaitu panjang kali
lebar kali tinggi sama dengan sedikit ceramah untuk memberinya pengertian. :-D
“iya sih iya. Makasih mba sudah dengar mau dengar cerita ku.
Insyallah aku datang.”
“sippp. Nanti sekalian ajak teman-teman geng kamu juga yah,
si andi, rudi, sapidi, saifurrohman, seful anwar , yang wilayah bulusari dah
pokoknya.”
No comments:
Post a Comment