Monday, 8 June 2015

Part #1

Sesungguhnya apa arti sahabat itu sehingga engkau senantiasa mencarinya?
Aku tak mengenal mu begitu dekat, namun kau tetaplah seorang sahabat. Kita pernah bersama tiga tahun menimba ilmu, seperjuangan. Saat masih sekolah dulu, kita jarang ngobrol serius hanya sekedar bersapa atau bertanya seputar materi pelajaran.
Bulan Ramadhan tiga tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2012. Empat tahun setelah kita kelulusan. Silaturahmi itu kembali terjalin meski hanya sekedar menyapa lewat gagang telfon atau bertukar pesan singkat. Segala sesuatu memang akan berubah, kecuali perubahan itu sendiri yang tidak akan pernah berubah untuk mengubah. Yang dulu dekat bisa menjadi berubah jarak, namun yang jauh bisa perlahan merapat.
Masih ku ingat perbincangan di telfon bersama mu dulu. Tak kusangka seseorang seperti mu yang dulu ku kenal begitu pendiam atau pemalu sekarang menyapa ku. Bukankah itu hal yang menyenangkan bukan, ketika seorang sahabat lama yang dulu jarang dan hampir tak pernah ngobrol bersama kini suaranya menyapa.
“assalamualaikum apa kabar mba?” pesan singkat ku terima dari seorang bernama susianto.
“waalaikumsalam. Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa kabar?” balas ku.
Memang tak ada yang special dalam pesan-pesan yang terkirim. Namun itu adalah keharuan tersendiri untuk ku, aku merasa sahabat lama masih mau mengakui ku. Tak banyak cerita yang diungkapkan, selain dia tahu aku kerja di Tegal dan aku tahu di bekerja di salah satu pabrik pembuat sendal.
Dan dibulan suci itu, dia sempat bercerita prihal perasaannya dengan seseorang yang tak lain juga sahabat sekolah kami dulu, suhiroh. Dia bercerita sedikit tentang hubungannya.
“aku gak tahu dia suka sama aku atau tidak, yang jelas dulu kita memang pernah dekat tapi entahlah mungkin dia tidak mau mengakui,”
“apa kau sudah meminta tentang kejelasan status kalian, pacarankah, TTM atau sekedar teman aja?”
“dia gak jawab. Yang mungkin TTM atau... taulah mba, aku bingung en pusing,”
“ya sudah, apapun itu yang jelas jangan bikin silaturahmi jadi putus. Tetaplah menjalin hubungan yang baik dengan siapapun. Apalagi dengan teman sekolah.”
Lebaran tinggal beberapa hari lagi. Ku dapati kabar bahwa tahun ini sekolah akan mengadakan reuni akbar, dari mulai angkata pertama sampai angkatan yang baru lulus tahun ini. Ku kabari teman-teman yang aku punya nomor kontaknya supaya mereka menghadiri acara ini.
“ehh, nanti datang ya di acara reuni. Kan Cuma setahun sekali, lagian itung-itung angkatan kita ikut ngrayain,” ajak ku saat susi, nama panggilannya menelpon ku.
“malu sih, mba. Insyaallah aja wis kalau aku bisa pulang kampung. Soalnya Pabrik tempat kerja ku kebakaran mba” Jawabnya.
“ kebakaran? Ya mudah-mudahan bisa pulang. Nanti kita kan berangkat rame-rame sama teman-teman yang lain juga. Ya, please datang yah biar kita kompak,” kata ku setengah memohon.
“iya mba. Aku ngerasa Cuma mba saja temanku. Yang lain, apa ada yang kenal atau menganggap aku ada.”
“ya ampun, jangan berkata seperti itu. Aku yakin teman-teman yang lain juga ada dan banyak yang masih kenal sama kamu. Mereka Cuma lagi pada sibuk kerja, sibuk dengan dunia sendiri jadi sama teman lama agak jarang bersapa. Aku juga begitu kok, jarang kontekan sama mereka. kadang Cuma satu dua teman yang masih mau kasih kabar.” Aku mengambil rumus jitu yaitu panjang kali lebar kali tinggi sama dengan sedikit ceramah untuk memberinya pengertian. :-D
“iya sih iya. Makasih mba sudah dengar mau dengar cerita ku. Insyallah aku datang.”
“sippp. Nanti sekalian ajak teman-teman geng kamu juga yah, si andi, rudi, sapidi, saifurrohman, seful anwar , yang wilayah bulusari dah pokoknya.”

No comments:

Post a Comment