Arah jarum jam menunjukkan pukul sembilan pagi kurang
sepuluh menit. Lekas – lekas aku beberes untuk segera berangkat kuliah. Yah meski
sadar betul aku sudah telat hampir sejam’an,tapi tak apalah daripada tidak
berangkat, masih mending masuk walau datang terlambat. Kata peribahasa
dihalaman sekian :-D maklum semalam habis ada acara di rumah, paginya banyak
aktifitas dan barang – barang yang harus kutata, en memastikan beberapa
pekerjaan yang sudah ku sentuh rapi.
Alhasil, jurus langkah seribu segera ku pamerkan di
sepanjang jalan pantura km tujuh belas Suradadi. Tak peduli sorotan
mentari yang mulai smakin memanas. Deru suara
klakson mobil, truk, bus kontainer hingga jeritan motor seakan menjadi melodi
penghibur,nada gratis bagi telinga ini. Beginilah kalau soulmate tidak masuk,
gak ada yang ngajakin buat berangkat bareng alias tak ada tebengan ya mesti
berangkat sendirian, itung – itung melatih kekuatan otot kaki en menerapkan
prinsip hidup sehat menjadi alibi semu yang mengharuskan ku berjalan kaki. Pernah
juga pakai sepeda, tapi gak enak ati aja rasanya. Ketika barisan mesin beroda
dua tertata rapi di tempat parkir, seperti hendak mengikuti upacara, eh... si
ontel ku nd’esep mojok di barisan paling ujung seakan ia mengerti, bahwa hanya
ia yang berwujud beda sendiri. *hehehe
“Assalamualaikum...” salam, senyum, sapa en santun ku
lambaikan pada semua insan di seluruh ruangan. Tapi mereka tak ada yang membalas
kasih tepuk tangan, apalagi setangkai mawar dan sorak – sorak bergembira. Tidak.
Karena aku bukan artis yang sedang naik tangkai memanjat panggung :-D kemudian
diteriaki histeris oleh para – para mereka, penggila dan pemuja sesama yang
bernama fans setia.
Segera aku mencari tempat duduk dan mengeluarkan peralatan
belajar. Papan putih di depan kami sudah penuh dengan angka – angka, daftar
tabel, dan rumus - rumus statistika.
Aih,,, alamat telat paham ini. Otak ku berlari agak cepat
untuk segera meloncat ambil posisi dan mengikuti materi selanjutnya.
“bagaimana, sudah ? kalau sudah kita lanjut ke materi
berikutnya. Yaitu mencarai nilai kuatril, desil dan presentil. Ada pertanyaan ?”
Hmmm... belum juga lima menit duduk dan kusalin materi dalam
buku, sambil memahami satu persatu bilangan yang tertera. 22,5 dari mana yah...
asalnya, lahirnya atau ada ibu bapaknya mungkin. Tiba – tiba saja hendak pindah
ke materi berikutnya.
“mba, itu 22,5 dapat dari mana mba?” tanyaku mencari jawaban
atas ketidakpahaman.
“nggak tau. Aku juga bingung... belum mudeng.”teman duduk ku
menjawab. Kalau yang datang dari tadi tidak telat saja, belum begitu paham
dengan materi yang baru saja dijelaskan. Bagaimana dengan yang tadi barusan
datang. Geli sendiri aku, konyol. Padahal pelajaran yang seperti ini
membutuhkan kefokusan, teliti dan waktu untuk bisa memahaminya. Harusnya aku
tidak terlambat.
“maaf, bu. Itu 22,5
hasil dari mana ?” tanya ku pada sang Tutor.
“loh, yang mana? Ini titik tengah mba. Di dapat dari kelas
interval pertama, dua puluh ditambah dua puluh lima dibagi dua. Hasilnya 22,5,
ini titik tengahnya. Kelas berikutnya juga sama ditambahkan kemudian dibagi dua.
“huhhhhh.. gimana sih. Itu ditambah terus dibagi...” celoteh
teman biang suara usil di kelas, yang akhirnya disusul sedikit suara ricuh yang
lain.
Nyengir sendiri aku. Sebel
sedikit sih. Lagian, ngeliatin mimik teman yang lain ditanya soal materi
seperti masih bingung, giliran aku minta penjelasan ulang, ehhh...
“tadi bingung, bu. Soalnya tadi nanya sama teman katanya dia
juga masih bingung.”
“nah iya. Yang dari tadi datang, mengikuti dari awal juga
masih bingung. Memang butuh konsentrasi dan waktu dalam mempelajari ini. Anda datang
malah seenaknya.”
Ahmm... tinggal dijelasin aja kali bu, kenapa bilang “datang
seenaknya” bener – an gak enak didengernya. Yang lain sudah tahu kok aku datang
telat.. .sorry L kayanya si Ibu ini “meniteni”
aku yang selalu hadir terlambat di pelajarannya. Pengenya sih berangkat tepat
waktu, tapi ya itu tadi... giliran datang tepat di jam pas masuk, eh gantian
malah masuknya yang mulur...
No comments:
Post a Comment