Sunday, 25 October 2015

Arah jarum jam menunjukkan pukul sembilan pagi kurang sepuluh menit. Lekas – lekas aku beberes untuk segera berangkat kuliah. Yah meski sadar betul aku sudah telat hampir sejam’an,tapi tak apalah daripada tidak berangkat, masih mending masuk walau datang terlambat. Kata peribahasa dihalaman sekian :-D maklum semalam habis ada acara di rumah, paginya banyak aktifitas dan barang – barang yang harus kutata, en memastikan beberapa pekerjaan yang sudah ku sentuh rapi.
Alhasil, jurus langkah seribu segera ku pamerkan di sepanjang jalan pantura km tujuh belas Suradadi. Tak peduli sorotan mentari  yang mulai smakin memanas. Deru suara klakson mobil, truk, bus kontainer hingga jeritan motor seakan menjadi melodi penghibur,nada gratis bagi telinga ini. Beginilah kalau soulmate tidak masuk, gak ada yang ngajakin buat berangkat bareng alias tak ada tebengan ya mesti berangkat sendirian, itung – itung melatih kekuatan otot kaki en menerapkan prinsip hidup sehat menjadi alibi semu yang mengharuskan ku berjalan kaki. Pernah juga pakai sepeda, tapi gak enak ati aja rasanya. Ketika barisan mesin beroda dua tertata rapi di tempat parkir, seperti hendak mengikuti upacara, eh... si ontel ku nd’esep mojok di barisan paling ujung seakan ia mengerti, bahwa hanya ia yang berwujud beda sendiri. *hehehe
“Assalamualaikum...” salam, senyum, sapa en santun ku lambaikan pada semua insan di seluruh ruangan. Tapi mereka tak ada yang membalas kasih tepuk tangan, apalagi setangkai mawar dan sorak – sorak bergembira. Tidak. Karena aku bukan artis yang sedang naik tangkai memanjat panggung :-D kemudian diteriaki histeris oleh para – para mereka, penggila dan pemuja sesama yang bernama fans setia.
Segera aku mencari tempat duduk dan mengeluarkan peralatan belajar. Papan putih di depan kami sudah penuh dengan angka – angka, daftar tabel, dan rumus - rumus statistika.
Aih,,, alamat telat paham ini. Otak ku berlari agak cepat untuk segera meloncat ambil posisi dan mengikuti materi selanjutnya.
“bagaimana, sudah ? kalau sudah kita lanjut ke materi berikutnya. Yaitu mencarai nilai kuatril, desil dan presentil. Ada pertanyaan ?”
Hmmm... belum juga lima menit duduk dan kusalin materi dalam buku, sambil memahami satu persatu bilangan yang tertera. 22,5 dari mana yah... asalnya, lahirnya atau ada ibu bapaknya mungkin. Tiba – tiba saja hendak pindah ke materi berikutnya.
“mba, itu 22,5 dapat dari mana mba?” tanyaku mencari jawaban atas ketidakpahaman.
“nggak tau. Aku juga bingung... belum mudeng.”teman duduk ku menjawab. Kalau yang datang dari tadi tidak telat saja, belum begitu paham dengan materi yang baru saja dijelaskan. Bagaimana dengan yang tadi barusan datang. Geli sendiri aku, konyol. Padahal pelajaran yang seperti ini membutuhkan kefokusan, teliti dan waktu untuk bisa memahaminya. Harusnya aku tidak terlambat.
“maaf, bu. Itu  22,5 hasil dari mana ?” tanya ku pada sang Tutor.
“loh, yang mana? Ini titik tengah mba. Di dapat dari kelas interval pertama, dua puluh ditambah dua puluh lima dibagi dua. Hasilnya 22,5, ini titik tengahnya. Kelas berikutnya juga sama ditambahkan kemudian dibagi dua.
“huhhhhh.. gimana sih. Itu ditambah terus dibagi...” celoteh teman biang suara usil di kelas, yang akhirnya disusul sedikit suara ricuh yang lain.
Nyengir sendiri  aku. Sebel sedikit sih. Lagian, ngeliatin mimik teman yang lain ditanya soal materi seperti masih bingung, giliran aku minta penjelasan ulang, ehhh...
“tadi bingung, bu. Soalnya tadi nanya sama teman katanya dia juga masih bingung.”
“nah iya. Yang dari tadi datang, mengikuti dari awal juga masih bingung. Memang butuh konsentrasi dan waktu dalam mempelajari ini. Anda datang malah seenaknya.”

Ahmm... tinggal dijelasin aja kali bu, kenapa bilang “datang seenaknya” bener – an gak enak didengernya. Yang lain sudah tahu kok aku datang  telat.. .sorry L kayanya si Ibu ini “meniteni” aku yang selalu hadir terlambat di pelajarannya. Pengenya sih berangkat tepat waktu, tapi ya itu tadi... giliran datang tepat di jam pas masuk, eh gantian malah masuknya yang mulur...

No comments:

Post a Comment