PENGERTIAN PARAGRAF NARASI, DESKRIPSI DAN ARGUMENTASI
A.
Paragraf
Narasi
1.
Pengertian
Paragraf Narasi
Narasi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa sehingga tampak seolah – olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa
itu. Oleh sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur
peristiwa atau tindakan (Keraf, 1982:136). Dalam paragraf narasi terdapat
peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula
tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh dan
konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu,
ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang
dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang tindak tanduk (
perbuatan ) yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang telah
terjadi dalam suatu kesatuan waktu.
2.
Ciri
– ciri Paragraf Narasi
Ciri – ciri
paragraf narasi yang paling mudah diidentifikasi adalah adanya pola secara
sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir (Wikipedia,
2011).
a. Awal
narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian
awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
b. Bagian
tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan
menuju klimaks cerita. Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks, secara
berangsur-angsur cerita akan mereda.
c. Akhir
cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam – macam. Ada yang
menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha
menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya
sendiri.
3.
Jenis
– jenis Paragraf Narasi
Ada pun jenis –
jenis paragraf narasi adalah :
a. Narasi
ekspositoris
Narasi ekspositoris
adalah narasi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca agar
wawasannya bertambah luas ( memperluas pengetahuan orang ). Dengan narasi ekspositoris
penulis ingin menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan.
Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca
sesudah membaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris dapat bersifat umum ( generalisasi
) dan dapat pula bersifat khusus atau khas.
Narasi ekspositoris
yang bersifat umum adalah narasi yang menyampaikan suatu proses atau peristiwa
yang umum, yang dapat dilakukan secara berulang-ulang.
Contoh :
Seperti
biasa aku bangun pagi-pagi sekali. Setelah membereskan kamar dan melaksanakan
shalat subuh, aku mulai sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Pertama-tama
aku merebus air untuk membuat susu dan teh. Lalu mencuci beras dan memasukannya
kedalam rice cooker. Kemudian memotong sayuran dan meracik bumbu untuk membuat
lauk. Tak lama kemudian suara dipenggorengan terdengar. Aroma masakan ku mulai
tercium dan membangunkan suami ku.
Narasi ekspositoris
yang bersifat khusus atau khas adalah narasi yang berusaha mengisahkan suatu
peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali.peristiwa khas adalah
peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan pengalaman atau
kejadian pada suatu waktu tertentu, misalnya pengalaman diterima di perguruan
tinggi.
Contoh :
Ratusan
warga mengalami keracunan. Musibah itu terjadi enam jam setelah mereka menyantap hidangan dalam
hajatan sunatan di rumah Rusdi (38), warga Desa Jompo Kulon, kecamatan
Sokaraja, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sekitar 150 penduduk dari beberapa
desa dibawa ke puskesmas. Beruntung tak ada korban meninggaldalam musibah
tersebut.
b. Narasi
sugestif
Narasi sugestif adalah
narasi yang berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai
suatu pengalaman. Narasi sugestif bertujuan untuk memberikan gambaran situasi
yang terjadi dengan menggunakan kata-kata konotatif sehingga mampu membawa
khayalan pembaca. Jenis paragraf seperti ini bisa di temukan di roman, cerpen,
hikayat, dongeng dan novel.
Contoh :
Berikut adalah
perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif :
Narasi
ekspositoris
|
Narasi
sugestif
|
1. Memperluas
pengetahuan.
|
1. Menyampaikan
suatu makna atau suatu amanat yang tersirat
|
2. Menyampaikan
informasi mengenai suatu kejadian.
|
2. Menimbulkan
daya khayal atau menggugah daya imajinasi pembaca
|
3. Didasarkan
pada penalaran untuk mencapaik kesepakatan rasional.
|
3. Penalaran
hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehinga kalau perlu
penalaran dapat dilanggar
|
4. Bahasanya
lebih condong ke bahasa informatif, lugas, dengan titik berat pada penggunaan
kata-kata denotatif.
|
4. Bahasanya
lebih condong ke bahasa figuratif, kias, majas, dengan menitikberatkan
penggunaan kata-kata konotatif.
|
4.
Narasi
Fakta Dan Narasi Fiktif
1).
Narasi Fakta
Narasi yang
berisi fakta disebut narasi ekspositoris. Narasi yang berdasarkan fakta atau
nonfiktif ada beberapa bentuk khusus, yaitu (a) otobiografi dan biografi yang
berisi sejarah riwayat hidup seorang tokoh, (b) anekdot dan insiden yang
dialami oleh seorang tokoh, (c) sketsa, dan (d) profil. Sementara itu, semua
jenis karya sastra termasuk narasi fiktif atau rekaan.
a.
Otobiografi dan biografi
Perbedaan antara
otobiografi dan biogafi terletak pada narator (pengisah atau pencerita)-nya,
yaitu siapa yang bercerita dalam wacana itu. Narator dalam otobiografi adalah
tokohnya sendiri, sedangkan narator dalam biografi adalah orang lain. Keduannya
mempunyai kesamaan, yaitu menyampaikan kisah yang menraik mengenai kehidupan
dan pengalaman-pengalaman pribadi. Otobiografi dan biografi dapat ditulis
secara ringkas untuk keperluan penerbitan dalam media massa cetak atau
elektronik seperti majalah, surat kabar dan internet; ditulis sangat ringkas
untuk lema ensiklopedia. Namun dapat juga ditulis secara utuh tersendiri
melalui penelitian yang panjang menjadi sebuah buku otobiografi atau biografi.
b.
Anekdot dan insiden
Anekdot dan insiden
sering berfungsi sebagai bagian dari otobiografi, biografi, atau sejarah
seorang tokoh. Anekdot dan insiden mengisahkan suatu rangkaian tindak-tanduk
atau perbuatan dalam suatu unit waktu tersendiri.
c.
Sketsa
Sketsa adalah suatu
bentuk wacana yang singkat dan dikembangkan dengan menggunakan detail-detail
yang terpilih berdasarkan suatu kerangka perbuatan yang naratif.
d.
Profil
Kata profil diturunkan
dari bahasa latin: pro + filo berarti ‘di muka’ atau ‘ke muka’;
dan filum berarti ‘garis’, ‘benang’
atau ‘kerangka’. Dalam bahasa Indonesia kata profil berarti (1) pandangan dari
samping tentang wajah seseorang); (2) lukisan/gambar orang dari samping; sketsa
biografis; (3) penampang (tanah, gunung, daerah, dan sebagainya); (4) grafik
atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal yang khusus ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:897).profil memperlihatkan
ciri-ciri utama dari seorang totkohyang dikisahkan bedasarkan suatu kerangka
yang telah digariskan di muka atau sebelumnya. Profil sering berhasil
meninggalkan kesan yang dominan mengenai subjeknya. Bila kita selesai membaca
sebuah profil yang baik, kita merasakan bahwa kita telah berjumpa dengan suatu
kepribadian dari individu yang sesungguhnya.
2).
Narasi Fiktif
Contoh narasi fiktif
adalah cerpen dan novel.
5.
Memperbaiki
dan Menyusun Paragraf Narasi
Untuk menyusun paragraf
narasi dan memperbaiki paragraf tersebut, diperlukan daya kreativitas.
Kreativitas ini dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh
karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H, yang dapat
disingkat menjadi adik simba
(Wikipedia, 2011), yakni :
1. (What)
apa yang diceritakan,
2. (Where)
di mana setting/lokasi ceritannya,
3. (When)
kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4. (Who)
siapa pelaku ceritanya,
5. (Why)
mengapa peristiwa-peristiwa,
6. (How)
bagaimana cerita itu dipaparkan.
B.
Paragraf
Deskripsi
1.
Pengertian
Paragraf deskripsi
Kata deskripsi berasal dari kata bahasa Latin
describere yang berarti menggambarkan
atau memerikan sesuatu. Dari segi istilah, deskripsi adalah suatu bentuk karangan
yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca
dapat mencitra (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukisakan
itu sesuai dengan citra penulisnya. Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan
kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-eriknya, atau sesuatu yang
lain kepada pembaca. Sesuatu yang dapat dideskripsikan tidak hanya terbatas
pada apa yang kita lihat dan kita dengar saja, tetapi juga yang dapat kita rasa
dan kita pikir, seperti rasa takut, cemas, tegang, jijik, haru dan kasih
sayang. Begitu pula suasana yang timbul dari suatu peristiwa, seperti suasana
mencekam, putus asa, kemesraan, dan keromantisan panorama pantai. Singkatnya,
deskripsi merupakan karangan yang kita susun untuk melukiskan sesuatu dengan
maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca (
Suparno, 2001:4.3).
Dalam bahasa
yang agak berbeda dijelaskan bahwa paragraf deskripsi adalah suatu bentuk
pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat yang
menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskripsi juga
disebut paragraf yang melukiskan dan memberikan suatu hal atau masalah dengan
serinci-rincinya atau sejelas-jelasnya. Arifin (2008:131) menyatakan bahwa
paragraf deskripsi ini melukiskan apa yang dilihat di depan mata yang berkaitan
dengan ruang dan waktu. Jadi, paragraf deskripsi bersifat tata ruang atau tata
letak dan juga waktu. Pembicaraannya dapat berurutan dari yang paling bawah
hingga ke paling atas, dari paling atas hingga paling bawah, dari depan ke
belakang, dari belakang ke depan, dari samping kiri ke kanan, dan seterusnya.
Contoh :
2.
Ciri
– ciri Paragraf Deskripsi
Ciri deskripsi
yang paling membedakan dengan ciri paragraf lainnya adalah adanya keterjalinan
kalimat-kalimat yang disusun panca indera pembacanya. Keterjalinan yang
dibangun kadang juga menggambarkan dimensi ruang, waktu, suasana, atau bahkan
rasa. Ciri paragraf deskripsi adalah (a) menggambarkan sesuatu, (b) penggambaran
tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera, (c) membuat
pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri (http://id.wikipedia.org/wiki/karangan,2011)
3.
Pola
Pengembangan Paragraf Deskripsi
Pola
pengembanganparagraf deskripsi terdiri atas 3 hal, yakin (a) pola pengembangan
paragraf deskripsi spasial, (b) pola pengembangan deskripsi subjektif, dan (c)
pola pengembangan deskripsi objektif.
a.
Pola pengembangan paragraf deskripsi
spasial
Yang dimaksud dengan
pola pengembangan paragraf deskripsi spasial adalah bahwa paragraf yang
dikembangkan berdasarkan dengan menggambarkan objek khusus ruangan, benda atau
tempat.
Contoh :
Rumah
Rizky terletak di jalan KH. Yakup no 12 Tegal. Rumah bertipe minimalis klasik
itu bercat hijau dengan halaman yang luas ditumbuhi pohon mangga. Di samping
bawah tedapat ayunan juga bangku yang biasa digunakan oleh sang pemilik rumah
untuk bersantai-ria bersama keluarga. Dipojok kanan halaman aneka tanaman hias tumbuh
berjejer rapi nampak begitu terawat. Ada kaktus, lili brazil, agave, asoka dan tak
ketinggalan pula mawar putih kesukaa tante Mirna, ibu Rizky yang begitu telaten
merawat kebun mini kesayangannya.
b.
Pola pengembangan paragraf deskripsi
subjektif
Pola pengembangan
deskripsi subjektif adalah ola pengembangan paragraf yang menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
Contoh :
c.
Pola pengembangan paragraf deskripsi
objektif
Pola pengembangan
paragraf deskripsimobjektif adalah pengembangan paragraf dengan mendasarkan
pada penggambaran ojek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Contoh :
4.
Pendekatan
Paragraf Deskripsi
Paragraf
deskripsi dapat dibedakan atas pendekatan ekspositoris, pendekatan
impersionistik, dan pendekatan menurut sikap pengarang (Suparno,
2001:4.7-4.11).
a.
Pendekatan ekspositoris
Pendekatan ekspositoris
merupakan pendekatan dalam penulisan paragraf deskripsi yang disusun dengan
tujuan dapat memberi keterangan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga
pembaca seolah-olah dapat ikut melihat atau merasakan objek yang kita
deskripsikan. Titik berat yang ditimbulkan adalah diperolehnya kesan yang lebih
banyak didasarkan atas proses penalaran daripada emosional.
b.
Pendekatan impersionistik
Pendekatan
impersionistik merupakan pendekatan dalam penulisan paragraf deskripsi yang
ditujukan untuk mendapatkan tanggapan emosional pembaca ataupun kesan pembaca.
c.
Pendekatan menurut sikap pengarang
Pendekatan menurut
sikap pengarang merupakan pendekatan dalam penulisan deskripsi yang sangat
bergantung kepada tujuan yang ingin dicapai, sifat objek, serta pembaca
deskripsinya. Dalam menguraikan sebuah gagasan, penulis mungkin mengharapkan
agar pembaca merasa tidak puas terhadap suatu tindakan atau keadaan, atau
penulis menginginkan agar pembaca juga harus merasakan bahwa persoalan yang
tengah dihadapi merupakan masalah yang gawat. Penulis juga dapat membayangkan
bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,sehingga pembaca dari mula
sudah disiapkan dengan sebuah perasaan yang kurang enak, seram, takut, dan
sebagainya (Akhaidah, dalam Suparno, 2001:4.12).
5.
Memperbaiki
dan Menyusun Paragraf Deskripsi
Dalam menyusun
paragraf deskripsi, apapun corak pengembangannya, haruslah selalu memenuhi
persyaratanpengembangan paragraf. Menurut Akhaidah dkk. (1999:148) sebuah
paragraf yang baik mempunyai tiga syarat, yaitu (1) kesatuan, (2) kepaduan, dan
(3) kelengkapan. Dalam menyusun paragraf deskripsi, ketiga syarat tersebut
harus hadir. Artinya, jika saat pengembangan terdapat kalimat yang tidak satu
ide pokok, tidak menunjukan kepaduan, dan tidak menunjukan kelenkapan, maka
kalimat-kalimat tersebut tidak dapat disebut membangun paragraf deskripsi.
Untuk
mempermudah dalam menyusun paragraf deskripsi, berikut disajikan rambu-rambu
(Suparno, 2002:4.21) yang dapat diikuti.
1. Tentukan
apa yang akan dideskripsikan: misalnya apakah akan mendeskripsikan orang atau
mendeskripsikan tempat.
2. Rumuskan
tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan
narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi atau tujuan lain yang sifatnya
reportase.
3. Tetapkan
bagian yang akan dideskripsikan: kalu yang dideskripsikan oran, apakah yang
akan dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya atau benda-benda
disekitar tokoh?, kalau yang dideskripsikan tempat, apakah yang akan
dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagaian-bagian tertentu saja yang
menarik ?. Jadi, dalam tahap ini harus mengumpulkan data dengan mengamati objek
yang ditentukan serta menyusunnya ke dalam urutan yang padu.
4. Rinci
dan sistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan
dideskripsikan: hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu
memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskripsikan?, atau
pendekatan apa yang akan digunakan penulis.
C.
Paragraf
Argumentasi
1.
Pengertian
Paragraf Argumentasi
Paragraf
argumentasi adalah paragraf yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu
pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi
pengarang mengharapkan kebenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini
dan data, juga fakta atau asalan sebagai penyokong opini tersebut (Wikipedia,
2011). Dalam bahasa yang berbeda, Suparno (2002:5.33) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan paragfar argumentasi adalah paragraf yang terdiri atas paparan
alasan dan penyintensisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Dengan
demikian, karangan argumentasi adlah karangan yang ditulis untuk memberikan
alasan atau untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau
gagasan.
Karangan
argumentasi termasuk paling sulit dibandingkan dengan jensi karangan lainnya.
Kesulitan yang dimaksud dalam konteks ini adalah karena karangan argumentasi
harus didukung dengan alasan dan bukti yang meyakinkan. Contoh yang paling
mudah untuk menjelaskan bagaimana bentuk karangan deskripsi adalah makalah
paper, esai, skripsi, tesis, disertasi, naskah-naskah tuntutan pengadilan,
pertanggungjawaban, pidato kenegaraan, ataupun surat keputusan.
2.
Ciri
– ciri Paragraf Argumentasi
Sebagai bentuk paragraf
yang harus disertai dengan data, bukti, alasan yang ilmiah, maka ciri
argumentasi pun harus memenuhi syarat tersebut. Ciri paragraf argumentasi ,
yakni :
a.
Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
b.
Memerlukan fakta untuk pembuktian,
berupa data, gambar/grafik, uji statistik, atau lainnya.
c.
Menggali sumber ide atas dasar
pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
d.
Memaparkan penutup dalam bentuk simpulan
atau rekomendasi.
3.
Teknik
Pengembangan Paragraf Argumentasi
Pengembangan tulisan
argumentasi sebenarnya sama dengan pengembangan karangan lainnya, termasuk
dalam persyaratan kepaduan, kesatuan dan kelengkapan. Hanya saja, pada tahap
pengumpulan dan pengolahan data atau informasi dalam argumentasi memerlukan
analisis yang mendalam. Adapun langkah menyusunnya adalah :
1. Menentukan
topik/tema
2. Menetapkan
tujuan
3. Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
4. Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5. Mengembangkan
kerangka menjadi karangan argumentasi
Secara umum,
setidaknya terdapat enam hal yang harus dijawab untuk meyakinkan pembaca bahwa
sebuah paragraf adalah berjenis argumentasi, yakni adanya pernyataan faktual,
asumsi, uraian definisi, uraian teoritis, pendekatan dan tujuan (Suparno, 2002:
5.35). artinya, jika terdapat sebuah paragraf yang diduga argumentasi dan kita
harus membuktikannya, maka keenam sarana tersebut digunakan untuk menjawabnya
atau menghubungkannya.
Dalam teknik
pengembangan paragraf argumentasi dikenal teknik induktif dan teknik deduktif
(Suparno, 2002:5.38).
a.
Teknik induktif
Pengembangan paragaraf
argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan
dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti yang berkaitan dengan topik.
Dengan bukti-bukti yang dipaparkan di awal tersebut kemudian diambil sebuah
kesimpulan yang bersifat umum. Bukti-bukti yang dikemukakan dapat berupa
contoh-contoh, fakta-fakta, pengalaman, laporan, data statistik (Suparno,
2002:5.38).
Contoh :
Pada
arus mudik tahun 2010, terdata 3010 peristiwa kecelakaan lalu lintas di jalan
raya. Sementara itu, pada arus mudik tahun 2011, tercatat 4006 kasus keelakaan
lalu lintas di jalan raya. Dari data tersebut terjadi peningkatan kecelakaan
lalu lintas 33, 08%. Dengan demikian, pada tahun 2011, jumlah kecelakaan arus
mudik di jalan raya makin bertambah.
b.
Teknik deduktif
Pengembangan paragraf
argumentasi dengan teknik dedektif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan
dengan mengemukakan lebih dahulu kesimpulan yang umum dan kemudian disusul
dengan uraian mengenai hal-hal yang khusus. Alasan-alasan atau bukti-bukti
untuk memperkuat diperlukan sebagai sarana meyakinkan pembaca guna mendukung
uraian yang disampaikan (Suparno, 2002:5.40).
Contoh :
Pada
musim mudik lebaran tahun 2011, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat.sampai
H+7 lebaran tercatat terdapat 4006 kasus kecelakaan. Jika dibandingkan tahun
2010, angka kecelakaan ini tergolong besar. Tahun 2010 tercatat 3010 kasus
kecelakaan. Jika dilihat dari presentase, terjadi peningkatan 33,08%.
Sangat bermanfaat sekali gan dalam mempelajari Mengidentifikasi Paragraf Narasi Lengkap . Silahkan kunjungi juga Kumpulan materi pelajaran SD, SMP, SMA, Contoh Soal lengkap dengan jawaban (www.materipelajar.com)
ReplyDelete