Saturday, 24 October 2015

PARAGRAF NARASI, DESKRIPSI DAN ARGUMENTASI

PENGERTIAN PARAGRAF NARASI, DESKRIPSI DAN ARGUMENTASI



A.      Paragraf Narasi
1.        Pengertian Paragraf Narasi
Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah – olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur peristiwa atau tindakan (Keraf, 1982:136). Dalam paragraf narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang tindak tanduk ( perbuatan ) yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang telah terjadi dalam suatu kesatuan waktu.
2.        Ciri – ciri  Paragraf Narasi
Ciri – ciri paragraf narasi yang paling mudah diidentifikasi adalah adanya pola secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir (Wikipedia, 2011).
a.    Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
b.    Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
c.    Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam – macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
3.        Jenis – jenis Paragraf Narasi
Ada pun jenis – jenis paragraf narasi adalah :
a.    Narasi ekspositoris
Narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca agar wawasannya bertambah luas ( memperluas pengetahuan orang ). Dengan narasi ekspositoris penulis ingin menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris dapat bersifat umum ( generalisasi ) dan dapat pula bersifat khusus atau khas.
Narasi ekspositoris yang bersifat umum adalah narasi yang menyampaikan suatu proses atau peristiwa yang umum, yang dapat dilakukan secara berulang-ulang.
Contoh :
Seperti biasa aku bangun pagi-pagi sekali. Setelah membereskan kamar dan melaksanakan shalat subuh, aku mulai sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Pertama-tama aku merebus air untuk membuat susu dan teh. Lalu mencuci beras dan memasukannya kedalam rice cooker. Kemudian memotong sayuran dan meracik bumbu untuk membuat lauk. Tak lama kemudian suara dipenggorengan terdengar. Aroma masakan ku mulai tercium dan membangunkan suami ku.

Narasi ekspositoris yang bersifat khusus atau khas adalah narasi yang berusaha mengisahkan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali.peristiwa khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu, misalnya pengalaman diterima di perguruan tinggi.
Contoh :
Ratusan warga mengalami keracunan. Musibah itu terjadi enam jam  setelah mereka menyantap hidangan dalam hajatan sunatan di rumah Rusdi (38), warga Desa Jompo Kulon, kecamatan Sokaraja, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sekitar 150 penduduk dari beberapa desa dibawa ke puskesmas. Beruntung tak ada korban meninggaldalam musibah tersebut.

b.    Narasi sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Narasi sugestif bertujuan untuk memberikan gambaran situasi yang terjadi dengan menggunakan kata-kata konotatif sehingga mampu membawa khayalan pembaca. Jenis paragraf seperti ini bisa di temukan di roman, cerpen, hikayat, dongeng dan novel.
Contoh :




Berikut adalah perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif :
Narasi ekspositoris
Narasi sugestif
1.    Memperluas pengetahuan.
1.     Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat
2.    Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.
2.    Menimbulkan daya khayal atau menggugah daya imajinasi pembaca
3.    Didasarkan pada penalaran untuk mencapaik kesepakatan rasional.
3.    Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehinga kalau perlu penalaran dapat dilanggar
4.    Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif, lugas, dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.
4.    Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif, kias, majas, dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.



4.        Narasi Fakta Dan Narasi Fiktif
1). Narasi Fakta
Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris. Narasi yang berdasarkan fakta atau nonfiktif ada beberapa bentuk khusus, yaitu (a) otobiografi dan biografi yang berisi sejarah riwayat hidup seorang tokoh, (b) anekdot dan insiden yang dialami oleh seorang tokoh, (c) sketsa, dan (d) profil. Sementara itu, semua jenis karya sastra termasuk narasi fiktif atau rekaan.
a.         Otobiografi dan biografi
Perbedaan antara otobiografi dan biogafi terletak pada narator (pengisah atau pencerita)-nya, yaitu siapa yang bercerita dalam wacana itu. Narator dalam otobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan narator dalam biografi adalah orang lain. Keduannya mempunyai kesamaan, yaitu menyampaikan kisah yang menraik mengenai kehidupan dan pengalaman-pengalaman pribadi. Otobiografi dan biografi dapat ditulis secara ringkas untuk keperluan penerbitan dalam media massa cetak atau elektronik seperti majalah, surat kabar dan internet; ditulis sangat ringkas untuk lema ensiklopedia. Namun dapat juga ditulis secara utuh tersendiri melalui penelitian yang panjang menjadi sebuah buku otobiografi atau biografi.
b.        Anekdot dan insiden
Anekdot dan insiden sering berfungsi sebagai bagian dari otobiografi, biografi, atau sejarah seorang tokoh. Anekdot dan insiden mengisahkan suatu rangkaian tindak-tanduk atau perbuatan dalam suatu unit waktu tersendiri.
c.         Sketsa
Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat dan dikembangkan dengan menggunakan detail-detail yang terpilih berdasarkan suatu kerangka perbuatan yang naratif.
d.        Profil
Kata profil diturunkan dari bahasa latin: pro + filo berarti ‘di muka’ atau ‘ke muka’; dan filum berarti ‘garis’, ‘benang’ atau ‘kerangka’. Dalam bahasa Indonesia kata profil berarti (1) pandangan dari samping tentang wajah seseorang); (2) lukisan/gambar orang dari samping; sketsa biografis; (3) penampang (tanah, gunung, daerah, dan sebagainya); (4) grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal yang khusus ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:897).profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang totkohyang dikisahkan bedasarkan suatu kerangka yang telah digariskan di muka atau sebelumnya. Profil sering berhasil meninggalkan kesan yang dominan mengenai subjeknya. Bila kita selesai membaca sebuah profil yang baik, kita merasakan bahwa kita telah berjumpa dengan suatu kepribadian dari individu yang sesungguhnya.

2). Narasi Fiktif
Contoh narasi fiktif adalah cerpen dan novel.



5.        Memperbaiki dan Menyusun Paragraf Narasi
Untuk menyusun paragraf narasi dan memperbaiki paragraf tersebut, diperlukan daya kreativitas. Kreativitas ini dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba (Wikipedia, 2011), yakni :
1.      (What) apa yang diceritakan,
2.      (Where) di mana setting/lokasi ceritannya,
3.      (When) kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4.      (Who) siapa pelaku ceritanya,
5.      (Why) mengapa peristiwa-peristiwa,
6.      (How) bagaimana cerita itu dipaparkan.


B.       Paragraf Deskripsi
1.        Pengertian Paragraf deskripsi
Kata deskripsi berasal dari kata bahasa Latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan sesuatu. Dari segi istilah,  deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitra (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukisakan itu sesuai dengan citra penulisnya. Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-eriknya, atau sesuatu yang lain kepada pembaca. Sesuatu yang dapat dideskripsikan tidak hanya terbatas pada apa yang kita lihat dan kita dengar saja, tetapi juga yang dapat kita rasa dan kita pikir, seperti rasa takut, cemas, tegang, jijik, haru dan kasih sayang. Begitu pula suasana yang timbul dari suatu peristiwa, seperti suasana mencekam, putus asa, kemesraan, dan keromantisan panorama pantai. Singkatnya, deskripsi merupakan karangan yang kita susun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca ( Suparno, 2001:4.3).
Dalam bahasa yang agak berbeda dijelaskan bahwa paragraf deskripsi adalah suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskripsi juga disebut paragraf yang melukiskan dan memberikan suatu hal atau masalah dengan serinci-rincinya atau sejelas-jelasnya. Arifin (2008:131) menyatakan bahwa paragraf deskripsi ini melukiskan apa yang dilihat di depan mata yang berkaitan dengan ruang dan waktu. Jadi, paragraf deskripsi bersifat tata ruang atau tata letak dan juga waktu. Pembicaraannya dapat berurutan dari yang paling bawah hingga ke paling atas, dari paling atas hingga paling bawah, dari depan ke belakang, dari belakang ke depan, dari samping kiri ke kanan, dan seterusnya.
Contoh :





2.        Ciri – ciri Paragraf Deskripsi
Ciri deskripsi yang paling membedakan dengan ciri paragraf lainnya adalah adanya keterjalinan kalimat-kalimat yang disusun panca indera pembacanya. Keterjalinan yang dibangun kadang juga menggambarkan dimensi ruang, waktu, suasana, atau bahkan rasa. Ciri paragraf deskripsi adalah (a) menggambarkan sesuatu, (b) penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera, (c) membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri (http://id.wikipedia.org/wiki/karangan,2011)
3.        Pola Pengembangan Paragraf Deskripsi
Pola pengembanganparagraf deskripsi terdiri atas 3 hal, yakin (a) pola pengembangan paragraf deskripsi spasial, (b) pola pengembangan deskripsi subjektif, dan (c) pola pengembangan deskripsi objektif.
a.         Pola pengembangan paragraf deskripsi spasial
Yang dimaksud dengan pola pengembangan paragraf deskripsi spasial adalah bahwa paragraf yang dikembangkan berdasarkan dengan menggambarkan objek khusus ruangan, benda atau tempat.
Contoh :
Rumah Rizky terletak di jalan KH. Yakup no 12 Tegal. Rumah bertipe minimalis klasik itu bercat hijau dengan halaman yang luas ditumbuhi pohon mangga. Di samping bawah tedapat ayunan juga bangku yang biasa digunakan oleh sang pemilik rumah untuk bersantai-ria bersama keluarga. Dipojok kanan halaman aneka tanaman hias tumbuh berjejer rapi nampak begitu terawat. Ada kaktus, lili brazil, agave, asoka dan tak ketinggalan pula mawar putih kesukaa tante Mirna, ibu Rizky yang begitu telaten merawat kebun mini kesayangannya.
b.        Pola pengembangan paragraf deskripsi subjektif
Pola pengembangan deskripsi subjektif adalah ola pengembangan paragraf yang menggambarkan  objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
Contoh :



c.         Pola pengembangan paragraf deskripsi objektif
Pola pengembangan paragraf deskripsimobjektif adalah pengembangan paragraf dengan mendasarkan pada penggambaran ojek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Contoh :



4.        Pendekatan Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi dapat dibedakan atas pendekatan ekspositoris, pendekatan impersionistik, dan pendekatan menurut sikap pengarang (Suparno, 2001:4.7-4.11).
a.         Pendekatan ekspositoris
Pendekatan ekspositoris merupakan pendekatan dalam penulisan paragraf deskripsi yang disusun dengan tujuan dapat memberi keterangan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca seolah-olah dapat ikut melihat atau merasakan objek yang kita deskripsikan. Titik berat yang ditimbulkan adalah diperolehnya kesan yang lebih banyak didasarkan atas proses penalaran daripada emosional.
b.        Pendekatan impersionistik
Pendekatan impersionistik merupakan pendekatan dalam penulisan paragraf deskripsi yang ditujukan untuk mendapatkan tanggapan emosional pembaca ataupun kesan pembaca.
c.         Pendekatan menurut sikap pengarang
Pendekatan menurut sikap pengarang merupakan pendekatan dalam penulisan deskripsi yang sangat bergantung kepada tujuan yang ingin dicapai, sifat objek, serta pembaca deskripsinya. Dalam menguraikan sebuah gagasan, penulis mungkin mengharapkan agar pembaca merasa tidak puas terhadap suatu tindakan atau keadaan, atau penulis menginginkan agar pembaca juga harus merasakan bahwa persoalan yang tengah dihadapi merupakan masalah yang gawat. Penulis juga dapat membayangkan bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,sehingga pembaca dari mula sudah disiapkan dengan sebuah perasaan yang kurang enak, seram, takut, dan sebagainya (Akhaidah, dalam Suparno, 2001:4.12).
5.        Memperbaiki dan Menyusun Paragraf Deskripsi
Dalam menyusun paragraf deskripsi, apapun corak pengembangannya, haruslah selalu memenuhi persyaratanpengembangan paragraf. Menurut Akhaidah dkk. (1999:148) sebuah paragraf yang baik mempunyai tiga syarat, yaitu (1) kesatuan, (2) kepaduan, dan (3) kelengkapan. Dalam menyusun paragraf deskripsi, ketiga syarat tersebut harus hadir. Artinya, jika saat pengembangan terdapat kalimat yang tidak satu ide pokok, tidak menunjukan kepaduan, dan tidak menunjukan kelenkapan, maka kalimat-kalimat tersebut tidak dapat disebut membangun paragraf deskripsi.
Untuk mempermudah dalam menyusun paragraf deskripsi, berikut disajikan rambu-rambu (Suparno, 2002:4.21) yang dapat diikuti.
1.      Tentukan apa yang akan dideskripsikan: misalnya apakah akan mendeskripsikan orang atau mendeskripsikan tempat.
2.      Rumuskan tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi atau tujuan lain yang sifatnya reportase.
3.      Tetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalu yang dideskripsikan oran, apakah yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya atau benda-benda disekitar tokoh?, kalau yang dideskripsikan tempat, apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagaian-bagian tertentu saja yang menarik ?. Jadi, dalam tahap ini harus mengumpulkan data dengan mengamati objek yang ditentukan serta menyusunnya ke dalam urutan yang padu.
4.      Rinci dan sistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan: hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskripsikan?, atau pendekatan apa yang akan digunakan penulis.


C.      Paragraf Argumentasi
1.        Pengertian Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan kebenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau asalan sebagai penyokong opini tersebut (Wikipedia, 2011). Dalam bahasa yang berbeda, Suparno (2002:5.33) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan paragfar argumentasi adalah paragraf yang terdiri atas paparan alasan dan penyintensisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Dengan demikian, karangan argumentasi adlah karangan yang ditulis untuk memberikan alasan atau untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan.
Karangan argumentasi termasuk paling sulit dibandingkan dengan jensi karangan lainnya. Kesulitan yang dimaksud dalam konteks ini adalah karena karangan argumentasi harus didukung dengan alasan dan bukti yang meyakinkan. Contoh yang paling mudah untuk menjelaskan bagaimana bentuk karangan deskripsi adalah makalah paper, esai, skripsi, tesis, disertasi, naskah-naskah tuntutan pengadilan, pertanggungjawaban, pidato kenegaraan, ataupun surat keputusan.
2.        Ciri – ciri Paragraf Argumentasi
Sebagai bentuk paragraf yang harus disertai dengan data, bukti, alasan yang ilmiah, maka ciri argumentasi pun harus memenuhi syarat tersebut. Ciri paragraf argumentasi , yakni :
a.         Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
b.        Memerlukan fakta untuk pembuktian, berupa data, gambar/grafik, uji statistik, atau lainnya.
c.         Menggali sumber ide atas dasar pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
d.        Memaparkan penutup dalam bentuk simpulan atau rekomendasi.
3.        Teknik Pengembangan Paragraf Argumentasi
Pengembangan tulisan argumentasi sebenarnya sama dengan pengembangan karangan lainnya, termasuk dalam persyaratan kepaduan, kesatuan dan kelengkapan. Hanya saja, pada tahap pengumpulan dan pengolahan data atau informasi dalam argumentasi memerlukan analisis yang mendalam. Adapun langkah menyusunnya adalah :
1.      Menentukan topik/tema
2.      Menetapkan tujuan
3.      Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4.      Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5.      Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi
Secara umum, setidaknya terdapat enam hal yang harus dijawab untuk meyakinkan pembaca bahwa sebuah paragraf adalah berjenis argumentasi, yakni adanya pernyataan faktual, asumsi, uraian definisi, uraian teoritis, pendekatan dan tujuan (Suparno, 2002: 5.35). artinya, jika terdapat sebuah paragraf yang diduga argumentasi dan kita harus membuktikannya, maka keenam sarana tersebut digunakan untuk menjawabnya atau menghubungkannya.
Dalam teknik pengembangan paragraf argumentasi dikenal teknik induktif dan teknik deduktif (Suparno, 2002:5.38).
a.         Teknik induktif
Pengembangan paragaraf argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti yang berkaitan dengan topik. Dengan bukti-bukti yang dipaparkan di awal tersebut kemudian diambil sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Bukti-bukti yang dikemukakan dapat berupa contoh-contoh, fakta-fakta, pengalaman, laporan, data statistik (Suparno, 2002:5.38).
Contoh :
Pada arus mudik tahun 2010, terdata 3010 peristiwa kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Sementara itu, pada arus mudik tahun 2011, tercatat 4006 kasus keelakaan lalu lintas di jalan raya. Dari data tersebut terjadi peningkatan kecelakaan lalu lintas 33, 08%. Dengan demikian, pada tahun 2011, jumlah kecelakaan arus mudik di jalan raya makin bertambah.

b.        Teknik deduktif
Pengembangan paragraf argumentasi dengan teknik dedektif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu kesimpulan yang umum dan kemudian disusul dengan uraian mengenai hal-hal yang khusus. Alasan-alasan atau bukti-bukti untuk memperkuat diperlukan sebagai sarana meyakinkan pembaca guna mendukung uraian yang disampaikan (Suparno, 2002:5.40).
Contoh :

Pada musim mudik lebaran tahun 2011, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat.sampai H+7 lebaran tercatat terdapat 4006 kasus kecelakaan. Jika dibandingkan tahun 2010, angka kecelakaan ini tergolong besar. Tahun 2010 tercatat 3010 kasus kecelakaan. Jika dilihat dari presentase, terjadi peningkatan 33,08%.

1 comment: