Monday, 16 February 2015

Keterkaitan Antar Aspek Keterampilan Berbahasa

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam berkomunikasi kita menggunakan ketrampilan berbahasa yang telah kita miliki, seberapa pun tingkat atau kualitas keterampilan itu. Ada orang yang memiliki keterampilan itu. Ada orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal sehingga tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada pula orang yang sangat lemah tingkat keterampilannya sehingga bukan tujuan komunikasinya tercapai, tetapi malah terjadi salah pengertian yang berakibat suasana komunikasi menjadi buruk. Dalam suatu peristiwa komunikasi sering kali beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan secara bersama-sama guna mencapai tujuan komunikasi. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, pengacara, guru, wartawan dan sebagainya.

BAB II
KETERKAITAN ANTAR ASPEK BERBAHASA

A.    Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Keterampilan berbahas tersebut meliputi empat aspek antara lain : keterampilan menyimak, ketrampilan berbicara, keterampilan mambaca dan keterampilan  menulis.
Dalam berkomunikasi kita mengenal istilah encoding yaitu proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang (sandi). Dalam berbicara, si penerima pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahan lisan, selanjutnya dalam menulis, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahan tulis. Di lain pihak dalam mendengarkan atau membaca si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap isi pesan yang disampaikan si pengirim. Proses tersebut disebut, decoding, yaitu proses menafsirkan suatu pesan dalam bahasa atau pengubahan suatu kode menjadi makna. Seorang dikatakan memiliki ketrampilan berbahasa dalam posisi sebagai pengirim pesan, dalam proses encoding ia terampil memilih bentuk-bentuk bahasa yang diterimanya dalam suatu konteks komunikasi menjadi pesan untuk yang sama dengan yang dimaksudkan oleh si pengirim.

B.     Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar yaitu : membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lain.
a.       Hubungan membaca dengan menyimak
Membaca dan menyimak sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis, sedangkan menyimak berkaitan denan penggunaan bahasa ragam lisan. Dengan kesamaan sifat reseptif yang dimiliki maka dalam melakukan kegiatan membaca dan menulis memerlukan persiapan yang sama yaitu harus memiliki penguasaan terhadap simbol-simbol bahasa, pengetahuan yang berkaitan dengan materi simakan atau bacaan, pengetahuan tentang diksi, dan gaya bahasa serta kemampuan menangkap makna tersurat dan tersirat. Perbedaan keduanya hanya pada objek yang menjadi fokus perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada membaca fokus perhatian pada tulisan, sedangkan dalam menyimak fokus perhatian berupa suara (bunyi-bunyi). Selanjutnya baik pembaca maupun penyimak melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa baik tulisan (dalam membaca), maupun suara (dalam menyimak), yang selanjutnya diikuti proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa ide atau informasi.
Apabila ditinjau dan sudut pemerolehan atau belajar bahasa, aktivitas membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosa kata yang berguna bagi pengembangan kemampuan menyimak pada tahap berikutnya.
b.      Hubungan menulis dengan berbicara
Menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis, sedangkan berbicara adalah kegiatan berbahasa ragam lisan. Baik menulis maupun berbicara adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi. Kegiatan menulis umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan dalam berbicara pada umumnyabersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis yang bersifat langsung, misalnya komunikasi dengan menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan menggunakan internet (chatting). Sebaliknya, ada kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melalui pengiriman pesan suara melalui telepon seluler. Dalam berbicara didukung dengan kegiatan menulis, terutama berkaitan dengan persiapan tertulis baik berupa referensi yang harus dibacanya maupun konsep yang akan disampaikannya. Perbedaannya hanya pada objek, jika dalam berbicara dibutuhkan kemampuan memahami, menyandikan simbol-simbol, dalam menulis dibutuhkan kemampuan dalam memahami simbol-simbol dalam bentuk tertulis.
c.       Hubungan menulis dengan membaca
Membaca maupun menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Sedangkan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan daslam tulisan tersebut.
Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencanaan, penulisan dan revisi. Dalam melakukan perencanaan penulis sering kali melakukan aktivitas membaca yang ekstensif dan intensif guna menelusuri informasi, konsep-konsep atau gagasan-gagasan yang akan dijadikan bagian dari bahan tulisannya. Kemudian, dalam proses penulisan si penulis sering melakukan revisi-revisi  dengan cara membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang. Jadi, tampak jelas bahwa kemampuan membaca penting sekali bagi proses menulis.
Sebaliknya pula dalam kegiatan membaca pemahaman seringkali kita harus menulis catatan-catatan, bagan, rangkuman dan komentar mengenai isi bacaan guna menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan. Selain itu, mungkin pula kita terdorong untuk menulis resensi atau kritik terhadap suatu tulisan yang telah kita baca. Jadi, tampak begitu erat kaitan antara aktivitas membaca dan menulis dalam kegiatan berbahasa.
d.      Hubungan berbicara dengan menyimak (mendengarkan)
Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan yang sangat erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif, sedangkan mendengarkan bersifat reseptif. Berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi 2 arah yang langsung. Untuk peristiwa komunikasi ini terjadi dalam situasi interaktif. Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi ini terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Dawson dalan Tarigan (194 : 3) menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengarkan sebagai berikut :
1.      ujaran biasanya dipelajari melalui mendengarkan dan meniru
2.      ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masyarakat tempat hidupnya, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata dan pola-pola kalimat.
3.      upaya yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara.
4.      bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang (terutama anak-anak)
Berbagai kegiatan yang erat kaitannya dengan keterampilan tersebut, antara lain :
a)      Dialog
Dialog diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua orang atau lebih. Dialog dapat di wujudkan dalam berbagai bentuk seperti tanya-jawab, wawancara, diskusi, musyawarah dan lain sebagainya. Dialog dapat terjadi kapan, dimana dan tentang apa saja. Hal ini menunjukkan bahwa dialog dapat dilakukan dengan tema apa saja dan dapat dilakukan sepanjang waktu, bisa pagi, sore maupun malam. Dialog juga dapat dilakukan di berbagai tempat, misalnya di rumah, di sekolah, di pasar, di rumah sakit, di jalan raya dan tempat-tempat umum lainnya. Misalkan, dialog di rumah di pagi hari dilakukan antara ayah, ibu dan anak atau dengan siapa saja terutama orang-orang yang dekat dihati. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam berdialog, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, antara lain :
(1) bagaimana menarik perhatian, (2) bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan, (3) bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki dan mencari kejelasan, (4) bagaimana mengakhiri suatu percakapan. Namun demikian pembicaraan dapat dipahami apabila disertai mimik yang mendukung, ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan sejenisnya termasuk paralinguistik yang amat penting dalam berdialog dan juga kemampuan memahami proses encoding dan decoding agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami isi, pesan atau pembicaraan dalam berdialog.
b)      Musyawarah dan Diskusi
Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat, mencari kesepakatan untuk penyelesaian masalah yang ada. Dalam suatu musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan sidang yang berhak membuat tata tetib musyawarah dan tata tertib pelaksanannya. Dalam musyawarah biasanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan itu harus dipadukan, bila tidak maka biasanya diambil voting (suara terbanyak). Itulah hal istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan diskusi, dalam musyawarah selalu ada kesimpulan kesepakatan.
Sedangkan diskusi adalah proses pelibatan dua orang atau lebih yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar menukar informasi untuk memcahkan masalah (Nio (dalam Haryadi, 1981 : 68)). Dalam diskusi harus ada sebuah masalah yang dibicarakan, moderator yang memimpin diskusi, dan adanya peserta diskusi yang dapat mengemukakan pendapat secara teratur.
Hal lain yang membedakan musyawarah dengan diskusi, dalam musyawarah tidak harus dengan bertatap muka karena bisa melalui media lain seperti musyawarah dalam pembicaraan di telepon. Dalam musyawarah lebih menekankan pada pencarian kesepakatan, mufakat atas suatu masalah yang dibahas (perembugan masalah), sedangkan dalam diskusi membicarakan suatu masalah yang sudah ada melalui tanya jawab, tukar menukar pendapat antar peserta mengenai suatu permasalahan, dalam hal ini ada yang harus diperhatikan dalam menyampaikan tanggapan maupun sanggahan dalam diskusi. Apabila sudah banyak persamaan pendapat maka segera mengambil keputusan atas hasil diskusi dan dalam diskusi tidak ada voting.

BAB III
PENUTUP

Ketika berkomunikasi dalam kehidupan masyarakat hampir tak mungkin kita hanya menggunakan satu jenis keterampilan berbahasa. Paling tidak, dua atau tiga jenis keterampilan berbahasa digunakan secara bergantian dalam suatu komunikasi. Misalnya, keterampilan menulis sering digunakan secara terintegrasi dengan keterampilan lainnya. Oleh karena itu, dalam berlatih menulis, hendaknya kita berupaya mengaitkannya dengan jenis keterampilan lainnya, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Dalam hal ini, latihan menulis dapat dilakukan secara terpadu dengan keterampilan berbicara antara lain dengan aktivitas diskusi, wawancara dan aktivitas lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyati, Yeti, dkk (2007). Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka




1 comment: