Valentine Day:
Sejarah dan Valentine day dalam pandangan islam
Hi guys,... Menjelang
pertengahan Februari ini banyak yah kita temui jargon-iklan-simbol untuk
mempromosikan Valentine. Berbagai tempat hiburan dari diskotik (disko/klub
malam), hotel-hotel, organisasi maupun kelompok-kelompok kecil ramai
berlomba-lomba menawarkan acara untuk memeriahkan Valentine. Apalagi dengan
dukungan dan pengaruh media massa, seperti surat kabar, radio maupun televisi,
yang mau tidak mau kita juga turut dicekoki (dihidangkan) dengan iklan-iklan
Valentine Day.
Sebenarnya kalian tau gak sich, asal mula, asal muasal atau
sejarah Valentine, Valentine itu apa, siapa dan seperti apa? Hayoo, tahu
sejarahnya gak?, atau cuma asal ikut-ikutan trend doang, cuma nebeng biar
dikatakan gaul? Gak ketinggalan zaman gitu?. Jangan Cuma asal ngekor doang tapi
gak tahu sejarahnya.
Mari kita renungkan firman Allah SWT :
“dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran,
pengelihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya. (Q.S
Al-Isra : 36).
“Hari Kasih Sayang
atau Valentine Day” yang dirayakan oleh orang-orang Barat kini amat populer dan
merebak hingga di pelosok Indonesia. Jika dulu hanya muda-mudi kota-kota besar
seperti Jakarta yang mengenal dan merayakannya, kini sudah merambah muda-mudi
di desa-desa kecil. Valentine Day tidak saja dikenal oleh remaja tetapi sudah
dikenal dan dirayakan oleh anak-anak SD. -_- Apakah kalian juga ikut merayakannya?
Miris, ironis jika kita mendengar bahkan kita sendiri
“terjun” dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine
itu sendiri. So, jangan sok-sok-an ng-ikutan trend budaya orang barat. Yuks, kita cari tahu saja sejarah asal mula
adanya perayaan Valentine dan bagaimana pandangan islam terhadap perayaan Valentine.
Sebelumnya mohon ma’af bila ada salah kata, tujuan dari tulisan ini saya ingin
mengajak teman-teman muslim, akhy wa ukhty agar tidak terjerumus pada budaya
barat yang keblinger, salah kaprah.
Sejarah Valentine
Ensiklopedia Katolik menyebut tiga riwayat berkaitan Valentine
:
Pertama, St Valentine adalah seorang pemuda bernama
Valentino yang kematiannya pada 14 Februari 269 M karena eksekusi oleh Raja
Romawi, Claudius II (265-270). Eksekusi yang didapatnya ini karena perbuatannya
yang menentang ketetepan raja, memimpin gerakan yang menolak wajib militer dan
menikahkan pasangan muda-mudi, yang hal tersebut justru dilarang. Karena pada
saat itu aturan yang ditetapkan boleh menikah jika sudah mengikuti wajib
militer.
Kedua, valentine seorang pastor di Roma yang berani menentang
Raja Claudius II dengan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan menolak
menyembah dewa-dewa Romawi. Ia meninggal karena dibunuh dan oleh gereja
dianggap sebagai orang yang suci.
Ketiga, seorang yang meninggal dan dianggap sebagai martir
(dalam islam disebut “syuhada,- oleh orang-orang kristen (katolik) diberi gelar
sebagai orang suci (santo)) terjadi di Afrika di sebuah provinsi Romawi.
Meninggal pertengahan abad ke-3 Masehi. Dia juga bernama Valentine.
Dari tiga versi tentang asal dari perayaan hari Valentine
ini, yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang di yakini
hidup pada masa Raja Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14
Februari 269 M. St Valentine dibunuh karena pertentangannya dengan penguasa
Romawi. Untuk mengenang St Valentine, yang diangap sebagai simbol keberanian,
para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai “hari Valentine”. jelaslah hari Valentine adalah perayaan agama
Nasrani atau penganut Kristian yang bertujuan untuk mengenang salah seorang
tokoh mereka.
Menurut versi lain, pada masa Romawi kuno, tanggal 14
Februari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah
ratu dari segala dewa dan dewi, orang-orang Romawi kuno juga meyakini bahwa
dewi Juno adalah dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan dewi cinta.
Pada tanggal 14 Februari orang-orang Romawi mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.
Ucapan “Be My
Valentine”
Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians
Observe It?” mengatakan, kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti :
“Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata itu ditujukan
kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak,
-tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be myValetine”, hal ini
berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi
“Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam
hal ini disebut syirik, artinya menyekutukan Allah SWT.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan
panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut Tuhan Cinta,
karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya
sendiri!.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment ini hanyalah
tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merusak
“akidah” muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan
kedok percintaan (bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.
Valentine di
Indonesia
Valentine’s Day disebut ‘Hari Kasih Sayang’, disimbolkan
dengan kata “Love”. Padahal kalau kita mau mencermati, kata ‘kasih sayang’,
dalm bahasa inggris bukan ‘love’ tetapi ‘affection’. Makna ‘Love’ sesungguhnya
adalah sebagaimana sejarah lupercalia pada masa masyarakat penyembah berhala,
yaitu sebuah ritual seks/perkawinan. Jadi Valentine’s Day memang tidak
memperingati hari kasih sayang tapi
memperingati love/cinta dalam arti seks, atau dengan bahasa lain, Valenite’s
Day adalah ‘hari seks bebas’. Dan pada kenyataannya tradisi seks bebas inilah
yang berkembang saat ini di Indonesia. Padahal di Eropa sendiri tradisi ini
mulai ditinggalkan. Maka, semua ini adalah upaya pendangkalan akidah bagi
generasi muda islam.
Dalam Konferensi
Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat
direktur organisasi misi kiristen, menyatakan, “Misi utama kita bukan
menghancurkan kaum muslim sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan seorang
muslim dari Islam agar tidak jadi orang yang tidak berakhlak sebagaimana
seorang muslim. Tujuan kita adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari
Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang
hanya mengejar kepuasan hawa nafsu”.
Pandangan Islam
tentang Valentine
Sebagai muslim tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita akan
mencontoh begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari islam?
Mari kita renungkan firman Allah SWT :
“dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya
pendengaran, pengelihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung
jawabannya.” (Q.S Al-Isra : 36).
“orang-orang Yahudi
dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah,
sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Sesungguhnya jika
kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah
tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Q.S Al Baqrah:120).
Oleh karena itu Islam melarang kepercayaan yang membonceng
(mendorong/mengikut) kepada kepercayaan yang lain atau dalam Islam disebut “Tasyabbuh”.
Firman Allah SWT
dalam Q.S Al-Imran : 85 :
“barang siapa yang mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
Rasulullah SAW
bersabda :
“Barang siapa
menyerupai satu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka. ( Hadist riwayat
Abu Dawud, 3512). Dalam hadist tersebut, Rasulullah SAW melarang umatnya
untuk meniru budaya orang bukan islam dan bagi mereka yang meniru budaya itu
ditakuti mereka akan tergolong bersama kaum tersebut.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى
تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا
بِذِرَاعٍ . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ .
فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
“kiamat tidak akan terjadi hingga umatku
mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta.” Lalu ada yang menanyakan kepada Rasulullah SAW-, “Apakah mereka itu mengikuti
seperti persia dan Romawi?” Beliau
menjawab, “selain mereka Rasulullahka lantas siapa lagi?”
(HR. Bukhari no. 7319)
No comments:
Post a Comment