Ada sebuah kampung dipedalaman tanah Jawa. Disana ada
seorang perempuan tua yang sangat kuat beribadah. Pekerjaannya ialah membuat
tempe dan menjualnya di pasar setiap hari. Itu merupakan satu-satunya sumber pendapatannya
untuk menyambung hidup. Tempe yang dijualnya merupakan tempe yang dibuatnya
sendiri.
Pada suatu pagi, seperti biasa,
ketika beliau sedang bersiap-siap untuk pergi menjual tempenya, tiba – tiba dia
sadar dengan tempe yang dibuatnya dari kacang soya hari itu masih belum
menjadi, separuh jadi ( belum masak ). Biasanya tempe beliau telah masak
sebelum bertolak. Diperiksanya beberapa bungkus yang lain. Ternyata kesemuanya
juga belum masak.
Perempuan tua itu merasa sangat sedih
sebab tempe yang masih belum jadi pastinya tidak akan laku dan tiadalah
rezekinya pada hari itu. Dalam suasana hatinya yang sedih, ia yang memang kuat beribadah
teringat akan firman Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan dapat melakukan
perkara-perkara ajaib, bahwa bagi Tuhan tiada yang mustahil. Lalu ia pun
mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a, “ Tuhan, aku memohon kepada –Mu agar
kacang soya ini menjadi tempe.Amin “ begitulah do’a ringkas yang dipanjatkan
dengan sepenuh hatinya. Dia sangat yakin bahwa Tuhan pasti mengabulkan do’anya.
Dengan tenang perempuan tua itu menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan
ujung jarinya dan dia pun membuka sedikit bungkusan itu untuk menyaksikan
keajaiban kacang soya menjadi tempe. Namun, dia termenung seketika sebab kacang
itu masih kacang soya.
Namun dia tidak putus asa, sebaliknya
berfikir mungkin do’anya kurang jelas didengar oleh Tuhan. Maka dia pun
mengangkat kedua tangannya semula berdo’a lagi. “ Tuhan, aku tahu bahwa tiada
yang mustahil bagi-Mu. Bantulah aku supaya hari ini aku dapat menjual tempe
karena inilah mata pencaharianku. Aku mohon agar jadikanlah kacang soyaku ini
menjadi tempe, Amin”.
Dengan penuh harapan dan debaran dia
pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan itu. Apakah yang terjadi ? Dia
terpaku dan heran sebab tempenya masih tetap begitu!!. Sementara hari pun
semakin siang sudah tentu pasar sudah mulai ramai didatangi orang. Dia tetap
tidak kecewa atas do’a nya yang belum terkabul. Walau bagaimana pun karena
keyakinannya sangat tinggi dia bertolak untuk tetap pergi ke pasar membawa
barang jualannya itu.
Perempuan tua itu pun berserah pada
tuhan dan meneruskan perjalanan ke pasar sambil berdo’a dengan harapan apabila
sampai di pasar kesemua tempenya akan masak. Dia berfikir mungkin keajaiban
Tuhan akan terjadi semasa perjalanannya ke pasar. Sebelum keluar dari rumah dia
sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdo’a. “Tuhan, aku percaya, engkau
akan mengabulkan do’aku. Sementara aku berjalan menuju ke pasar, engkau
karuniakanlah keajaiban ini buatku, jadikanlah tempe ini.Amin “. Lalu dia pun berangkat.
Disepanjang perjalanan dia tetap tidak lupa membaca do’a didalam hatinya.
Sesampainya di pasar dia segera meletakkan barang-barangnya. Hatinya
betul-betul yakin tempenya yang sekarang pasti sudah masak. Dengan hati yang
berdebar-debar dia pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan jarinya setiap
bungkusan tempe yang ada. Perlahan – lahan dia membuka sedikit daun
pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Tempenya masih belum
menjadi !!. dia pun kaget dan menarik nafas dalam – dalam. Dalam hatinya sudah
mulai merasa sedikit kecewa dan putus asa kepada Tuhan karena do’anya tidak
dikabulkan. Dia merasa Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan kepadanya. Padahal
inilah satu-satunya puncak rezekinya dari hasil jualan tempe. Dia akhirnya Cuma
duduk saja tanpa memamerkan barang jualannya sebab dia merasa bahwa tidak akan
ada orang yang akan membeli tempe yang baru setengah jadi.
Sementara hari pun semakin petang dan
pasar sudah muali sepi,para pembeli sudah mulai berkurang. Dia melihat
teman-teman sesama penjual tempe. Tempe mereka sudah hampir habis. Dia
tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa hari ini tidak
ada hasil jualan yang bia dibawa pulang. Namun, disudut hatinya masih menaruh
harapan terakhir kepada Tuhan, pasti Tuhan akan menolongnya. Walaupun dia tahu
bahwa pada hari itu tidak akan mendapat penghasilan langsung. Namun dia tetap
berdo’a untuk terakhir kali, “ Tuhan, berikanlah penyelesaian terbaik terhadap
tempe ku yang belum masak ini.” Tiba – tiba dia dikejutkan dengan teguran
seorang wanita.
“ ma’af ya mbok, saya ingin bertanya.
Adakah orang yang menjual tempe yang belum menjadi ? dari tadi saya sudah
pusing keliling pasar ini untuk mencarinya tapi belum juga ketemu.” Dia
termenung dan terpinga – pinga seketika. Hatinya terkejut sebab sejak berpuluh
tahun menjual tempe, tidak pernah seorang pun pelanggannya mencari tempe yang
belum menjadi. Sebelm dia menjawab sapaan wanita didepannya itu, cepat-cepat ia
berdo’a didalam hatinya “ Tuhan, saat ini aku tidak mau tempe ini menjadi masak
lagi. Biarlah tempe ini seperti semula, Amin.” Sebelum dia menjawab pertanyaan
wanita itu, dia membuka sedikit daun penutup tempenya. Alangkah gembiranya dia,
ternyata memang benar tempenya masih belum menjadi ( belum masak )! Dia pun
merasa gembira dalam hatinya dan bersyukur pada Tuhan.
Wanita itu pun memborong habis semua
tempenya yang belum masak itu. Sebelum wanita itu pergi, dia sempat bertanya
pada wanita itu, “ mengapa hendak membeli tempe yang belum jadi?” wanita itu
menerangkan bahwa anaknya yang kini berada di Inggris ingin makan tempe dari
desa. Membayangkan tempe itu akan dikirim ke Inggris, si ibu tadi akhirnya membeli tempe yang belum jadi supaya
apabila sampai di Inggris nanti akan menjadi tempe yang sempurna. Kalau
dikirimkan tempe yang sudah jadi, nanti tempe itu sudah tidak bagus lagi dan
rasanya kurang sedap. Perempuan tua itu pun keheranan dan berfikir rupa-rupanya
do’anya sudah dikabulkan oleh Tuhan... :-)


No comments:
Post a Comment