Monday, 17 November 2014

ASAL MULA HURUF JAWA

      ASAL MULA HURUF JAWA

P
Ada suatu hari datanglah seorang pertapa yang masih muda bernama Aji Saka dari Hindustan. Aji Saka disertai dua orang abdinya pergi melawat ke Tanah Jawa. Ia bersama dua abdinya menjelajahi masuk kota dan desa. Kedatangan ke Tanah Jawa bermaksud menyebarkan ilmu pengetahuan.
Suatu ketika ia bersama dua badinya ke negara Medang, tetapi dalam perjalanannya mereka singgah terlebih dahulu ke pegunungan Kendeng. Aji Saka berkata kepada “Sembada, abdinya. Katanya : “ Sembada besok saya akan ke Medang, dan keris ajiku saya tinggal disini. Kupercayakan keris ajiku kepadamu. Siapapun yang datang meminta, jangan kauberi. Bila aku memerlukan akan saya ambil sendiri. Ingatlah pesanku!”
Selesai berbicara, berangkatlah Aji Saka ke negeri Medang seorang diri. Sampailah Aji Saka di negeri Medang.
Aji Saka tiba didesa terpencil. Ia bertamu ke rumah seorang janda tua bernama Mbok Rondoo Sengkeran.
Ia bertanya kepada Mbok Rondo, “ Apakah disini negara Medang?”
Jawab Mbok Rondo: “ Betul! Tuan darimana? Dan apa maksud tuan datang di tempat ini?”.
“ Saya seorang kelana dari jauh. Saya dtang kesini hanyalah melihat – lihat keluhuran negeri Medang. Apabila mungkin, saya ingin mengabdi kepada sang prabu”. Jawab Aji Saka
Berkata si janda tua: “Tuan, janganlah engkau mengabdi kepada Sang Prabu. Sebab Sang Prabu suka makan daging manusia. Lihatlah! Tempat ini kosong, penduduk banyak mengungsi karena takut. Saya ini masih hidup karena usia saya sudah tua, daging saya sudah alot. Tuan masih muda jangan jangan mendekati Sang Prabu. Tuan pasti akan dimakannya.
Begitulah untuk sementara Aji Saka tinggal di rumah Mbok Rondo Sengkeran.
Setiap hari Sang Prabu menyantap daging manusia. Dan setiap hari pula kerja patih kerajaan Medang mencari seorang sebagai persembahan kepada Baginda.
Aji Saka ternyata seorang yang sakti. Ketika para penduduk yang ketakutan berlari mengungsi, ia meminta para penduduk itu tinggal bersama di rumah Mbok Rondo Sengkaren.
Sekali lagi si janda tua tersebut mengingatkan kepada Aji Saka. Katanya : “ urungkanlah  iat tuan. Lebih baik tinggalkanlah tempat ini!”. Berkatalah Aji Saka : “Mbok, kau tidak usah merisaukan keselamatan diriku! Tolong antarkan aku ke rumah patih agar nanti diantar menghadap Sang Prabu”. Akhirnya Mbok Rondo Sengkaren mengantar Aji Saka menghadap Patih.
Dihadapan patih, Aji Saka mengutarakan maksudnya, ingin mengabdi kepada Sang Prabu. Sang Patih melihat Aji Saka tertegun karena sikap baiknya. Memang Aji Saka seorang pemuda yang bijaksana, lagi tampan. Dalam benak Sang Patih, ia merasa sayang bila Aji Saka diserahkan kepada Sang Prabu.
Kata Sang Patih: “ Baiklah! Engkau akan dihadapkan kepada Sang Prabu. Engkau harus tahu tugasmu nanti. Karena tiddak mudah mengabdi kepada Sang Bginda Raja Medang.”
“ Hamba tidak gentar berhadapan dengan Sang Baginda! Hamba tetap pada pendirian semula, yaitu akan mengabdi kepada Sang Prabu. Apabila hamba tidak mati apakah hamba dapat minta hadiah sebidang tanah seluas sorban ( ikatan kepala ) ini ?” jawab Aji Saka.
Sang Patih menyanggupi permintaan Aji Saka. Lalu diajaklah Aji Saka ke istana. Sewaktu makan, Aji Saka mengubah dirinya menjadi seorang kanak-kanak yang cantik. Sang Prabu sangat senang melihatnya. Kanak – kanak tadi ditimangnya.saat menimang tersebut, Sang Prabu bernafsu untuk melahapnya. Tetapi, Aji Saka yang sakti dengan cekatan memegang bibir atas dan bibir bawah, lalu disobeklah mulut raja Medang hingga meninggal.
Setelah  peristiwa tewasnya Sang Badinda, Aji Saka berubah wujud seperti semula. Aji Saka pergi ke rumah Patih memberitahukan bahwa Sang Baginda telah mati terbunuh. Senanglah hati Sang Patih mendengar laporan Aji Saka.
Kemudian Aji Saka menagih janji kepada Sang Patih. Ikat kepalanya dilepas dibentangkan diatas tanah. Ikat kepala semakin lebar, meluas hingga meliputi desa dan kota, hutan, gunung, lembah ngarai. Akhirnya seluruh kerajaan Medang menjadi miliknya.
Sang Patih tidak dapat berbuat apapun. Rakyat Medang merasa lega karena raja yang gemar makan daging manusia telah tewas. Rakyat berterima kasih kepada Aji Saka yang raja di Medang.
Penduduk yang mengungsi ke daerah lain kembali ke rumah mereka masing - masing. Ereka mulai mengolah sawah, menanami ladang. Sungguh menjadi tempat yang ramai. Di bawah pemerintahan raja Aji Saka, negara Medang mengalami masa kejayaan. Rakyat hidup dengan tenteram. Teringatlah Aji Saka akan kerisnya.

Dipanggilnya Dora, katanya : “Hai Dora, pergilah kau ke pegunungan Kendeng! Ambillah kerisku! Katakan bahwa aku sedang sibuk!”
Ya, Tuanku! Hamba siap berangkat”. Jawab Dora.
Pergilah Dora ke pegunungan Kendeng. Sesampai di tempat, Dora memberi salam kepada Sembada. Dan keduanya asyik berdialog melepaskan rindu. Kemudian Dora menyampaikan maksud kedatangannya diutus Aji Saka untuk mengambil keris Aji milik tuannya itu.
Mendengar maksud kedatangan Dora, dengan tegas Sembada menolaknya. “ Pesan tuanku Aji Saka, bahwa keris aji ini tidak boleh diberikan kepada siapapun. Bila tuanku memerlukan dia pasti akan datang sendiri ke tempat ini. Dan lagi, aku tidak boleh mennggalkan tempat ini sebelum tuanku datang !”. kata Sembada.
Demikianlah pula Dora merasa bahwa ia mendapat tugas dari tuannya. Ia tidak mengada – ada. “ Aku membawa surat kuasa bukti perintah Baginda .“ kata Dora
“ Aku tak peduli, aku tetap berpendirian bahwa pesan dan amanat Baginda Aji Saka kepadaku harus kupegang teguh, bahwa siapapun tak berhak mengambil keris pusaka milik baginda kecuali baginda sendiri.”
“ Aduh kakang Sembada terpaksa aku menggunakan jalan kekerasan.”
“ Aku tidak menyalahkanmu Dora, aku akan tetap mempertahankan pusaka ini.”
Kedua abdi tersebut saling memepertahankan perintah Aji Saka, keduanya tidak mau mengalah. Akhirnya terjadilah baku hantam diantara keduanya. Kedua badi tersebut, Dora dan Sembada adu kekuatan, adu kepandaian, dan adu kesaktian. Memang kedua abdi tersebut sama – sama sakti.keduanya sama – sama unggul. Adu kesaktian kedua abdi tersebut mengakibatkan keduanya tewas. Mereka masing – masing mempertahankan perintah tuannya. Lebih baik mati daripada menghianati perintah tuannya.
Utusan Aji Saka lama tak datang. Khawatirlah Aji Saka dan cemas menanti ledatangan abdi yang setia, Dora dan Sembada tak kunjung datang. Akhirnya Aji Saka meninggalkan istana pergi ke pegunungan Kendeng untuk menyusul Dora dan Sembada. Setelah sampai ke pegunungan Kendeng, terkejutlah Aji Saka melihat mayat Dora dan Sembada tergeletak di tanah. Ingatlah Aji Saka apa yang pernha dipesankan kepada Sembada. Dora dan Sembada kedua abdi kesayangannya tewas demi tugas yang diembannya. Kematian mereka berdua sebagai bukti kesetiaan dan kepatuhan kepada tuannya. Dengan kematian dua abdi setia, Aji Saka menciptakan huruf – huruf untuk mengabadikan kesetiaan dua abdi dalam melaksanakan tugashuruf jawa tersebut dikenal dengan Carakan.
Susunan huruf jawa tersebur sebagai berikut :
-          Ha na ca ra ka – da ta sa wa la – pa dha ja ya nya – ma ga ba tha nga.
Hana caraka = ada utusan
Data sawala = pada bertengkar
Padha jayanya = sama saktinya

Maga bathanga = mati bersama

No comments:

Post a Comment