Monday, 15 December 2014

PERUBAHAN



PERUBAHAN
Di sebuah desa terpencil, tinggal sepasang suami isteri baru. Beberapa minggu lalu mereka pindah dari kota ke daerah yang jauh dari keramaian itu. Tak ada sanak keluarga, tak ada teman. Semuanya serba baru.
Hampir tiap hari sang suami pergi bekerja ke kota. Berangkat pagi dan tiba di rumah menjelang malam. Sementara si isteri menunggu di rumah dengan seribu satu kejenuhan.
Ia kadang bingung harus melakukan apa. Pernah ia mencoba berkunjung ke beberapa rumah yang tak jauh dari rumahnya. Si isteri mengira bisa mendapat kesibukkan baru di lingkungan desa itu. Kenyataannya, komunikasi yang mulai ia bangun ternyata mengalami jalan buntu. Wanita yang biasa hidup di kota ini baru tahu kalau penduduk sekitar punya bahasa dan budaya sendiri. Dan ia pun langsung surut.
Sejak itu, ia seperti tak punya harapan bisa kerasan tinggal di kawasan yang lebih banyak terdapat pasir dan batu ketimbang pohon. Daerah yang agak gersang itu menjadi sangat gersang dalam pikiran sang isteri.
Hingga suatu kali, ia mengirim surat ke ibunya di kota. Ia berharap, sang ibu mengizinkannya balik ke kota. Dan surat balasan dari ibu pun datang. Wanita itu berharap cemas ketika membuka isi surat. Lama ia mamndangi isi surat yang berbunyi, “Anakku, renungkanlah kata – kata ibu ini. Dua orang melihat keluar lewat jeruji penjaranya. Yang satu memandangi lumpur. Yang satunya lagi memandangi bintang.”
Kata – kata itu membuat wanita muda itu melihat segalanya dengan lebih jelas. Mungkin ia tak dapat memperbaiki sekelilingnya, tetapi ia dapat mengubah sikapnya. Setelah itu, ia berusaha keras bersahabat dengan para tetangga yang masih terbelakang itu. Ia mulai belajar bahasa daerah dan bekerja sama dengan mereka dalam menenun dan membuat tembikar. Sesekali, ia meluangkan waktu untuk menjelajahi gurun dan menemukan keindahan lamnya. Tiba – tiba ia tinggal di sebuah dunia baru. Dan satu – satunya hal yang berubah hanyalah sikapnya.
«««
Saudaraku, kadang kenyataan hidup lahir dan tumbuh di luar kemauan kita. Lingkungan rumah yang tidak mengenakkan, penghasilan yang sekadarnya, keadaan tubuh yang sakit – sakitan, dan sebagainya. Ia menjadi begitu pahit.
Jika keadaan – keadaan seperti itu terus saja membuat kita kecewa, mungkin tibalah saatnya untuk suatu perubahan. Bukan situasi yang kita berubah, melainkan sikap kita. Jika kita dapat belajar memetik manfaat sebesar – besarnya dari situasi apa pun, Insya Allah, kita dapat menyingkirkan hambatan besar yang menghalangi kita dari impian yang kita inginkan.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Ar-Ra’d ayat 11. “.... sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah kedaan yang ada pada diri mereka sendiri...”.





1 comment: